Minggu, 29 Maret 2015

RASANYA SABULAN


Sudah sabulan rasanya kaya ini
Kada tapi di herani
Alasannya.....
Haur ini lah
Haur itulah,,
Imbahnya inya
Dipadahkan aku yang kaya inilah kaya itulah,
Kaya apa lagi
Sayang dasar babanaran sayang
Kaya apa am
Cinta  babanaran cinta pank dah
Tapi kanapa kada mau mamahami
Kada mau mangarti
Kakaya ini diulahnya
Hati sakit marantan
Kada ba ampihan,
Sudah tuhuk banyu mata titik
Tapi kanapa kada disapu akan
Tuhuk mangganang
Tuhuk karindangan

Asa dandaman kada mau hilang

Selasa, 24 Maret 2015

purunnya

purunnya pang pian

,kada tahu kah ulun yang mahadang-hadang

.tatangis hati manggarung

pian datang kada bahabar

ulun nang mananti

tapi maya yang badahulu mangatahui

ulun saban hari tarus malihati

sakali datang kada pang mahabari

kada tahukah pian

 saban hari manangis mangganangi

kada tahukah pian

saban hari salalu mananti

tangis ulunmarista diri ulun

handak bakaluh kasah

lawan siapa pang handak bapadah,

sambil mangatik

sambil jua banyu mata batitik

apa jua am salah di ulun

apa jua am sampai orang kada mahirani

ada jua kah kisah diri di pian

kanapa jua kadada tagur sapa

pian masih jua kah adakah sayang

pian masih adakah cinta

kanapa maulah batin tasiksa

hati mandasau karnamu .........

Senin, 16 Maret 2015

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH by khilla

                             SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
A.    PENDAHULUAN
          Hampir semua sejarawan membagi Daulah Bani Umayyah menjadi dua, yaitu pertama, Daulah Bani Umayyah yang di rintis dan didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus(Siria).  Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan mengubah system pemerintahan dari system khilafah  pada system malakat (kerajaan atau monarki) dan kedua, Daulah Bani Umayah di Andalusia(Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan umayyah dibawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid  bin Abdul Al-Malik, kemudian diubah menjadi kerajaan terpisah dari kekuasaan Daulah Bani Abbas setelah berhasil menaklukan Daulah Bani Umayyah di Damaskus.
Di dalam makalah ini akan membahas lebih rinci mengenai Daulah Bani Umayyah mulai dari asal usul Bani Umayyah, perkembangan dan kemajuan, hingga faktor-faktor kemunduran dan kehancuran Bani Umayyah.            

B.     ASAL USUL DAULAH UMAWIYAH  (Kerajaan Bani Umaiyah) 41-132H
          Nama “Daulah Umawiyah” itu berasal dari nama “Umaiyah Ibnu“Abdi Syams Ibnu ‘Abdi Manaf ’, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah. Umawiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim Ibnu Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang memiliki cukup unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa dizaman jahiliyah tersebut, karena iya berasal dari keluarga bangsawan, serta mempunyai cukup kekayaan dan sepuluh orang puter-putera yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang yang memiliki ketiga macam unsur ini dizaman jahiliyah, berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
          Sesudah datang Agama Islam berubahlah hubungan antara Bani Umaiyah dengan saudara sepupu  mereka Bani Hasyim, oleh karena persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata, Bani Umaiyah dengan tegas menentang Rasulullah dan usaha-uaha beliau untuk mengembangkan Agama Islam. Sebaliknya Bani Hasyim menjadi penyokong dan pelindung Rasulullah, baik mereka yang telah masuk Islam ataupun yang belum.
          Bani Umaiyah barulah masuk Agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain, selain memasukinya yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnyayang benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinanya, menyerbu masuk ke kota mekkah.
          Dengan demikian, teranglah bahwa Bani Umaiyah itu adalah orang-orang yang terakhir masuk agama Islam, dan juga merupakan musuh-musuh yang paling keras terhadap agama ini pada masa-masa sebelum mereka memasukinya. Tetapi setelah masuk Islam, mereka dengan segera dapat memperlihatkan semangat kepahlawanan yang jarang tandingannya, seolah-olah mereka ingin mengimbangi keterlambatan mereka itu dengan berbuat jasa-jasa yang besar terhadap Agama Islam dan agar orang lupa kepada sikap dan perlawanan mereka terhadap Agama Islam sebelum mereka memasukinya. Mereka benar-benar telah mencatat prestasi yang baik sekali dalam peperangan yang dilancarkan terhadap orang-orang yg murtad dan orang-orang yang mengaku menjadi Nabi, serta orang-orang yang membayar zakat.
          Keluarga Bani Umaiyah itu terdiri atas 2cabang, mereka lah yang memegang jabatan khalifah itu. Cabang pertama ialah keluarga Harb Ibnu Umaiyah, dan cabang kedua adalah keluarga Abu “Ash Ibnu Umaiyah. Kebanyakan khalifah-khalifah Bani Umaiyah adalah berasal dari cabang pertama hanyalah Mu’awiyah, puteranya Yazid, dan cucunya Mu’awiyah II.

C.     PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
          Daulah bani umayyah sangat bersifat arab orientalis, artinya dalam segala bidang para pejabatnya berasal dari arab murni, begitupula dengan corak peradabannya. Pada masa daulah umayyah banyak perkembangan yang terjadi seperti dalam bidang bidang ekonomi, politik, social, budaya, dan pengetahuan.
          Dalam perkembangan kebudayaan islam perkembaangan yang terjadi meliputi perkembangan seni sastra,  seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, da sebagainya.
          Dalam bidang ilmu pengetahuan , perkembagannya meliputi ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, ilmu sejarah, dan sebagainya.
          Dalam bidang ekonomi, bani umayyah mengalami kemajuan yang luar baisa. Sumber ekonomi pada masa itu berasal dari potensi ekonomi negeri-negeri yang ditaklukannya.
          Dalam bidang system social, terjadinya hubunngan antara bangsa-bangasa muslim atau arab dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal memiliki kebudayaan yang telah maju, seperti Persia, mesir, eropa, dan sebagainya.
          Dalam bidang politik, perubahan yang paling menonjol pada masa bani umayyah terjadi pada system politik dalam negeri dan luar negeri.

D.    KEMUNDURAN DAULAH BANI UMAYYAH
                      Adapun hal-hal yang menyebabkan kemunduran bani umayyah yaitu:
1.      Pertentangan keras antara suku-suku arab yang sejak lama terbagi menjadi 2kelompok, yaitu arab utara yang disebut mudariah yang menempati irak dan arab selatan himyariyah yang berdiam di wilayah suryah. Dizaman umaiyah persaingan etnis mencapai puncaknya, karena khalifah cenderung memihak kepada satu pihak dn menafsihkan yang lain.
2.      Ketidakpuasan sejumlah pemeluk islam non arab. Mereka yang merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan mawali. Suatu status yang menggambarkan keangkuhan orang-orang arab yang mendapat fasilitas-fasilitas dari penguasa umayyah. Mereka bersama sama arab mengalami beratnya peperangan, tetapi harapan mereka untuk mendapatkan tunjangan tidak dikabulkan.
3.      Menguatnya kekuatan kaum abasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan bani umayyah yang semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat menggeser kedudukan bani umayyah dalam memimpin umatnya



E.     KEHANCURAN DAULAH BANI UMAYYAH
                Faktor yang menyebabkan kehancuran bani umayyah adalah :
1.      System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, yang menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehati dikalangan anggota istana
2.      Pertentangan etnis antara suku arabiah utara dan arabiah selatan yang sudah ada sejak zaman sebelum islam makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan oara penguasa bani umayyah mendapat kesulitan untuk bersatu. Disamping itu sebagian besar golongan mawali (non arab), merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu ketidakadilan, ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang diperlihatkan pada masa bani umayyah.
3.      Lemahnya pemerintah daulah bani umayyah juga disebebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan ketika mereka mewarisi kekuasaan.
4.      Kekecewaan golongan agama karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.      Munculnya kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan al-abasy ibnu abdul al mutolik. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari bani hasyim dan golongan syi’ah dan kaum mawali yang merasa dibedakan oleh pemerintahan bani umayyah

F.      KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah
1.      Daulah Bani Umayyah diambil dari nama nama “Umaiyah Ibnu“Abdi Syams Ibnu ‘Abdi Manaf ’, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah.
2.      Perkembangan pemerintahan islam pada masa bani umayyah sangatlah pesat meliputi kemajuan system pemerintahan, system social, system politik, system ekonomi, dan ilmu pengetahuan.
3.      Kemunduran dan kehancuran di masa ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya  pertentangan etnis suku Arab Utara dan Arab Selatan, dan  sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan ketika mereka mewarisi kekuasaan.
                                     DAFTAR PUSTAKA
       M. Sanui Latief, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003
       Abdul A’la al-Maududi , Khilafah dan Kerajaan, Bandung: Penerbit Mizan, 1984

                                 BIODATA PENULIS
Nama                                    : Khilla Elyana Dewi
Tempat, tanggal lahir           : Banjarmasin, 1Juni 1996
Alamat                                 : Jalan Kini Balu Gg. Merdeka No.4 Rw.02
No Hp                                  : 089652477843
Nama Orang Tua
·         Ayah                                    : Fadeli Mansoer

·         Ibu                            : Nur Hairidah Muhammad

Minggu, 15 Maret 2015

ganangku..........





                                        ganangku






Ganangku’
Kadada yang di ingat akan
Hanya hampian surang nang di pikir akan,
Satiap taingat
Titik banyu mata kada karasaan.
Ganangku’
sumalam ada suara badua kalikkikan
Katawa bahimat bagagayaan,
Sumalam ada pian dihiga
Rasa kadada lagi kasunyian.
Ganangku’
Pian dihiga maulah hati tanang wan nyaman
Pian dihiga maulah hati kahimungan
Pian dihiga salalu jadi panawar dandaman
Pian dihiga salalu maulah kabahagiaan.
Ganangku’
Wayahini diri marista surangan
Pian tulak kawadah nang ulun kada tahu manujunya,
Wayahini hati dandaman
Kada ba ampihan mamikir akan pian saurang.
Ganangku’
Pabila  jua kita badapat
Sahari haja rasanya kaya ba abad-abad.
Ulun sudah kada kuat
Manahan karindangan lawan pian.
Ganangku’..................
Capati datang, ulun handak banar badapat pian GANANGKU..

Rabu, 04 Maret 2015

makalah PSI by desy rosita

PERADABAN ISLAM DIMASA PEMERINTAH ABU BAKAR AS-SIDIQ
DESY ROSITA
1401160273

A.     PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Peradaban dan pemikiran Islam selalu mengalami perkembangan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, agama, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Peradaban tidak bisa terlepas dari kebudayaan hingga akhirnya turun menurun dari nenek moyang sampai generasi berikutnya. Dalam ke Khalifahan setelah Nabi Muhammad saw wafat, kepemimpinan Islam dilanjutkan oleh para sahabat yang menjadi pengganti kekhalifahannya. Khalifah tersebut dijuluki dengan al-Khulafa’u al-Rasyidin, yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.
Setelah sepeninggalnya Nabi Muhammad saw. beliau tidak meninggalkan wasiat tentang yang akan menggantikan posisi beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Tampaknya Nabi Muhammad SAW menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin itu sendiri untuk menentukannya. Karena beliau sendiri tidak pemah menunjuk di antara sahabatnya yang akan menggantikannya sebagai pemimpin umat Islam, bahkan tidak pula membentuk suatu dewan yang dapat menentukan siapa penggantinya.
Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat bahkan jenazahnya belum dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di Balai Kota Bani Saidah Madinah untuk memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Dalam musyawarah tersebut cukup berjalan alot, karena dari masing-masing pihak, baik dari Muhajirin maupun Anshar sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Namun dengan semangat ukhuwah Islamiyyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar secara demokratis terpilih menjadi pemimpin umat Islam menggantikan setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Rasa semangat ukhuwah Islamiyah yang dijiwai sikap demokratis tersebut dapat dibuktikan adanya masing-masing pihak menerima dan mau membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
2.Rumusan Masalah
1)      Bagaimana biografi dari Abu Bakar As-Siddiq ?
2)      Bagaimana proses pelantikan  Abu Bakar ?
3)      Bagaimana sistem pemerintahan di masa Abu Bakar ?













B.     MATERI
1.      Biografi Abu Bakar as-siddiq
Abu Bakar As-Shidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang mempunyai nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Disebutkan juga, bahwa pada zaman sebelum Islam ia bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi SAW. menjadi Abdullah. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-Siddiq yang berarti 'amat membenarkan' adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat segera memberiarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa "Isra Mi’raj".
Ayahnya bernama Usman (juga disebut Abi Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Saad bin Taim bin Murra bin Kaab bin Luayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Ibunya bernama Ummu Khair Salma binti Sakhr. Garis keturunan ayah dan ibunya bertemu pada neneknya bernama Kaab bin Sa'd bin Taim bin Muarra. Kedua orang tuanya berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan banyak tokoh terhormat.[1]
Abu bakar memiliki perawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip  dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urattangan yang tampak jelas, begitulh dilukis kan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin. Begitu damai perangainya, sangat lemah lembut dan sifatnya tenang sekali. Tak mudah ia terdorong oleh hawa nafsu. Abu Bakar adalah laki-lakiyang akrab dikalangan masyarakatnya,disukai karena ia serba mudah. Ia dari keluarga Kuraisy yang paling dekat dan paling  banyak mengetahui seluk-beluk kabilah itu, yang baik dan yang jahat. Ia seorang pedagang dengan perangai yang sudah cukup terkanal. Karena
suatu masalah,  pemuka-pemuka masyarakatnya sering datang menemuinya, mungkin karena pengetahuannya, karena perdagangannya atau mungkin juga karena cara bergaulnya yang enak.[2]
2.      Pelantikan Abu Bakar
Berita wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada 12 Rabiulawal tahun 11 hijri (3 juni 632) membuat para sahabat dan kaum Muslimin sangat terkejut karena kecintaan mereka kepada beliau. Apalagi bagi para sahabat yang biasa hidup bersama di bawah asuhan beliau. Mereka paling diperlihatkan adalah beliau, sehingga ada orang tidak percaya akan kabar wafatnya beliau.
Di antaranya adalah sahabat Umar bin Khattab yang dengan tegas membantah dan berpidato di tengah-tengah kaum muslimin setiap orang yang membawa kabar wafatnya beliau, bahkan Umar bin Khattab mengancam akan memotong tangan dan kaki mereka bahkan akan membunuh barang siapa yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW wafat.
Namun tidak halnya dengan sahabat Abu Bakar setelah dia mengetahui berita wafatnya Nabi, dia langsung pergi menuju ke rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi Muhammad saw. Disalah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubungi kain. Ia maju menyingkap kain itu dari wajah Nabi lalu menciumnya dan katanya : “Alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan alangkah sedapnya sewaktu engkau wafat.” Lalu ia keluar menemui orang banyak dan berkata “Saudara-saudara, barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat, dan barang siapa menyembah Allah, Allah hidup tidak akan mati selamanya". Setelah mendengar perkataan Abu Bakar, Umar jatuh tersungkur ke tanah, setelah dia yakin bahwa Rasullulah memang sudah wafat.
Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang wafatnya Rasulullah SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanya perselisihan faham antara kaum Muhajirin dan Anshar tentang siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin. Pihak Muhajirin menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki pihak yang memimpin. Situasi yang memanas inipun dapat diatasi oleh Abu Bakar, dengan cara Abu Bakar menyodorkan dua orang calon khalifah untuk memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat memilih Abu Bakar.
Setelah Rasulullah SAW wafat pada 632 M, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama pengganti Rasulullah SAW dalam memimpin negara dan umat Islam. Waktu itu daerah kekuasaan hampir mencakup seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri atas berbagai suku Arab.
Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:
1)      menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).
2)      Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara ia adalah laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
3)      Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama maupun kekeluargaan. Beliau seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam.
Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di Saqifa Bani Saidah yang dikenal dengan Bai 'at Khassah dan kedua di Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal dengan Bai’at A 'mmah.
Seusai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai khalifah yang baru terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah SWT dan menyatakan ketidakberambisiannya untuk menduduki jabatan khalifah tersebut. Abu Bakar selanjutnya mengucapkan "Saya telah terpilih menjadi pemimpin kamu sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di antara kalian. Karena itu, bantulah saya seandainya saya berada di jalan yang benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran adalah kepercayaan dan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya hingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya".[3]
3.      Pemerintahan di Masa Abu Bakar As-Siddiq
Di masa awal pemerintahan Abu Bakar, diwarnai dengan berbagai kekacauan dan pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang mengaku diri sebagai nabi (nabi palsu), pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat.
Mereka mengira, bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang lemah, sehingga mereka berani membuat kekacauan. Pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian perdamaian yang dibuat bersama Nabi SAW bersifat pribadi dan berakhir dengan wafatnya Nabi SAW, sehingga mereka tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada penguasa Islam yang baru. Orang-orang yang enggan membayar zakat hanyalah karena kelemahan iman mereka. Terhadap semua golongan yang membangkang dan memberontak itu Abu bakar mengambil tindakan tegas. Ketegasan ini didukung oleh mayoritas umat.
Untuk menumpas seluruh pemberontakan, ia membentuk sebelas pasukan masing-masing dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dan pemberontakan yang terjadi dalam negeri dapat ditumpas dengan sukses.
Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan, ia tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirim pasukan ke daerah Suriah di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Pada mulanya keinginan Abu Bakar ditentang oleh para sahabat dengan alasan suasana dalam negeri sangat memprihatinkan akibat berbagai kerusuhan yang timbul. Akan tetapi setelah ia meyakinkan mereka bahwa itu adalah rencana Rasulullah SAW, akhirnya pengiriman pasukan itu pun disetujui.
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi)
sebagaimana dijelaskanpada peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah, merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifah bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar As-Shiddiq menjadi Khalifah, maka mulailah beliau menjalankan kekhalifahannya, baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin pemerintahan.

a.       Bidang Politik
Adapun sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat “sentral”, jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah, meskipun demikian dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Sedang kebijaksanaan politik yang dilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya yaitu:
1.      Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah
Apabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jika beliau tidak memperolehnya maka beliau mempelajari bagaimana Rasul bertindak dalam suatu perkara. Dan jika tidak ditemukannya apa yang dicari, beliaupun mengumpulkan tokoh-tokoh yang terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan mereka setelah pembahasan, diskusi, dan penelitian, beliaupun menjadikannya sebagai suatu keputusan dan suatu peraturan.
2.      Konsep Pemerintahan
Politik dalam pemerintahan Abu Bakar telah beliau jelaskan sendiri kepada rakyat banyak dalam sebuah pidatonya: “Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kamu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, maka bantulah (ikutilah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah! orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak daripadanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan hak kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidaklah perlu mentaatiku’’.
3.      Kekuasaan Undang-Undang
Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau diatas undang-undang. Beliau juga tidak pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undang- undang. Dan mereka itu dihadapan undang-undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum Muslim maupun non-Muslim.
b.      Bidang Ekonomi
1.      Kebijakan Umum Khalifah Abu Bakar RA di Bidang Ekonomi
Sebagai orang fiqih yang profesinya menjadi praktisi perniagaan, Abu Bakar As-Shiddiq menerapkan praktek akad – akad perdagangan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selama masa khalifahnya Abu Bakar As-Shiddiq R.A. menerapkan beberapa kebijakan umum, antara lain sebagai berikut:
1)      Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar zakat.
2)      Tidak menjadikan akhli badar ( orang –orang yang berzihad pada perang badar) sebagai pejabat negara.
3)      Tidak mengistimewakan ahli badar dalam pembagian kekayaan negara.
4)      Mengelolah barang tambang ( rikaz ) yang terdiri dari emas, perak, perunggu, besi, dan baja sehingga menjadi sumber pendapatan negara.
5)      Menetapkan gaji pegawai berdasarkan karakteristuk daerah kekuasaan masing – masing.
6)      Tidak merubah kebijakan rasullah SAW dalam masalah jizyah.
Sebagaimana Rasullah Saw Abu Bakar RA tidak membuat ketentuan khusus tentang jenis dan kadar jizyah, maka pada masanya, jizyah dapat berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, atau benda benda lainya.
2.      Penerapan Prinsip Persamaan dalam Distribusi Kekayaan Negara
Dalam usahanya meningkatkan kesejatrahan masyarakat, khalifah
abu Bakar RA melaksanakan kebijakan ekonomi sebagaimana yang dilakukan Rasullah SAW. Ia memperhatikan skurasi penghitungan Zakat. Hasil penghitungan zakat dijadikan sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul Mal dan langsung di distribusikan seluruhnya pada kaum muslimin.
3.       Amanat Baitul Maal
Para sahabat Nabi beranggapan bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah dan masyarakat kaum muslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan pemasukan sesuatu kedalamnya dan pengeluaran sesuatu darinya yang berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syari’at. Mereka mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi. 
4.        Pendistribusian Zakat
Selain mendirikan Baitul Maal Pada masa Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq juga sangat memperhatikan pemerataan pendistribusian zakat kepada masyarakatnya, karena beliau merasa zakat adalah salah satu instrumen yang terpenting dalam mensejahterakan rakyatnya.
5.       Administrasi dan Organisasi Pemerintahan Abu Bakar
Pembagian tugas pemerintah kian hari semakin tampak kelihatan
dan lebih nyata dari zaman pemerintahan Rasulullah, ketentuan pembagian tersebut adalah sebagai berikut :
a)    Urusan Keuangan
Urusan keuangan di pegang oleh Abu Ubaidah Amir bin jarrah yang mendapatkan nama julukan dari Rasulullah SAW “Orang kepercayaan Ummat”. Menurut keterangan Al-Mukri bahwa yang mula-mula membentuk kas Negara atau baitullmall adalah Abu Bakar dan urusannya di serahkan kepada Abu Ubaidah Amir bin Jarrah. Kantor Baitulmall mula-mula terletak di kota Sunuh, satu batu dari Mesjid Nabawi dan tidak pernah di kawal. Pada suatu kali Orang berkata kepadanya, “Alangkah baiknya kalau Baitulmall di jaga dan di kawal”. Jawab Abu Bakar, “tak perlu karena di kunci”. Di kala Abu Bakar pindah kediamannya dekat Masjid Baitulmall atau kas Negara itu diletakkan di rumahnya sendiri. Tetapi boleh di katakana bahwa kas situ selalu kosong karena seluruh pembendaharaan yang datang langsung di bagi-bagi dan di pergunakan menurut perencanannya.
b)    Sumber-sumber Keuangan
Sumber-sumber keuangan yang utama di zaman Abu Bakar adalah:
1.Zakat
2.Rampasan
3.Upeti
4 Urusan Kehakiman.

c.       Bidang Keagamaan
1.      Peperangan dengan Kaum Riddat
Kekhalifahan Abu Bakar yang begitu singkat sangat disibukkan dengan peperangan. Dalam pertempuran itu tidak hanya melawan musuh-musuh Islam dari luar, tetapi juga dari dalam. Hal ini terjadi karena ada sekelompok orang yang memancangkan panji pemberontakan terhadap negara Islam di Madinah dan meninggalkan Islam (murtad) setelah Rasulullah wafat. Gerakan riddat (gerakan belot agama), bermula menjelang Nabi Muhammad jatuh sakit. Ketika tersiar berita kemangkatan Nabi Muhammad, maka gerakan belot agama itu meluas di wilayah bagian tengah, wilayah bagian timur, wilayah bagian selatan sampai ke Madinah Al-Munawarah serta Makkah Al-Mukaramah itu sudah berada dalam keadaan terkepung. Kenyataan itu yang dihadapi Khalifah Abu Bakar.
Gerakan riddat itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang
mengaku dirinya Nabi, guna menyaingi Nabi Muhammad SAW, yaitu: Musailamah, Thulhah, Aswad Al-Insa. Musailamah berasal dari suku bangsa Bani Hanifah di Arabia Tengah, Tulaiha seorang kepala suku Bani Asad, Sajah seorang wanita Kristen dari Bani Yarbu yang menikah dengan Musailamah. Masing-masing orang tersebut berupaya meluaskan pengikutnya dan membelakangi agama Islam. Para nabi palsu tersebut pada umumnya menarik hati orang-orang Islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis dan upacara keagamaan seperti membolehkan minum-minuman keras, berjudi, mengurangi sholat lima waktu menjadi tiga, puasa Ramadhan dihapus, pengubah pembayaran zakat yang wajib menjadi suka rela dan meniadakan batasan dalam perkawinan.
Dalam gerakannya Aswad dan kawan-kawannya berusaha
menguasai dan mempengaruhi masyarakat Islam, dengan mengerahkan pasukan untuk masuk ke daerah-daerah. Akhirnya pasukan riddat pun berhasil menyebar kedaerah-daerah, diantaranya: Bahrain, Oman Mahara dan Hadramaut. Para panglima kaum riddat semakin gencar melaksanakan misinya. Akan tetapi Khalifah Abu Bakar tidak tinggal diam, beliau berusaha untu memadamkan dan menumpas gerakan kaum riddat. Dengan sigap Khalifah Abu Bakar membentuk sebelas pasukan dan menyerahkan al-liwak (panji pasukan) kepada masing-masing pasukan. Di samping itu, setiap pasukan dibekali al-mansyurat (pengumuman) yang harus disampaikan pada suku-suku Arab yang melibatkan dirinya dalam gerakan riddat. Kandungan isinya memanggil kembali kepada jalan yang benar. Jikalau masih berkeras kepala, maka barulah dihadapi dengan kekerasan.
Gerakan itu dikenal sebagai gerakan murtad dibawah komando
para nabi palsu antara lain, Aswad Insa yang menghimpun serdadu dengan jumlah besar di Yaman, Musailamah berasal dari suku bangsa Bani Hanifah di Arabia Tengah, Tulaiha seorang kepala suku Bani Asad, Sajah seorang wanita Kristen dari Bani Yarbu yang menikah dengan Musailamah. Para nabi palsu tersebut pada umumnya menarik hati orang-orang Islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis dan upacara keagamaan seperti membolehkan minum-minuman keras, berjudi, mengurangi sholat lima waktu menjadi tiga puasa Ramadhan dihapus, penghibah pembayaran zakat dijadikan suka rela dan meniadakan batasan dalam pekawinan. Abu Bakar sebagai seorang Khalifah, tidak mendiamkan kejadian itu terus berlanjut. Beliau memandang gerakan murtad itu sebagai bahaya besar, kemudian beliau menghimpun para prajurit Madinah dan membagi mereka atas sebelas batalion dengan komando masing-masing panglima dan ditugaskan keberbagai tempat di Arabia.
Abu Bakar menginstruksikan agar mengajak mereka kembali pada
Islam, jika menolak maka harus perangi. Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang lainnya tidak mau menyerah, bahkan mengobarkan api peperangan. Oleh karena itu pecahlah peperangan melawan mereka, dalam hal ini Khalid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan Tulaiha, dalam perang Buzaka berhasil dengan cemerlang. Sedangkan Musailamah seorang penuntut kenabian yang paling kuat, Abu Bakar mengirim Ikrimah dan Surabil. Akan tetapi mereka gagal menundukan Musailamah, kemudian Abu Bakar mengutus Khalid untuk melawan nabi palsu dari Yaman itu. Dalam pertempuran itu Khalid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah dan membunuh dalam taman yang  berdinding tinggi, sehingga taman disebut “taman maut” .
Adapaun nabi palsu yang lainnya termasuk Tulaihah dan Saja
serta kepala suku yang murtad, kembali masuk Islam. Dengan demikian, dalam waktu satu tahun semua perang Islam diberkahi dengan keberhasilan. Abu Bakar dengan para panglimanya menghancurkan semua kekuatan pengacau dan kaum murtad. Oleh karena itu, beliau tidak hanya disebut sebagai Khalifah umat Islam, tetapi juga sebagai penyelamat Islam dari kekacauan dan kehancuran bahkan telah menjadikan Islam sebagai agama Dunia.
2.PengumpulanAyat- Ayat Al-Qur’an
Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan oleh kaum riddat  (pemberontak)yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban dan keamanan diseluruh semenanjung Arabia. Selanjutkan membebaskan lembah Mesopotamia yang didiami suku-suku Arab. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar bagi kepentingan agama Islam adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah- naskah setiap ayat-ayat Al-Qur’an dari simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya, dan menyimpan keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW, yakni Siti Hafshah. Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dalah usulan dari Umar bin Khatab. Usulan tersebut berdasar alasan:
1)      Para penghafal wahyu banyak yang gugur syahid di medan pertempuran. Dalam memerangi 3 kaum penyeleweng, yaitu:
Ø  Kaum murtad
Ø  Nabi-nabi palsu
Ø  Orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
2)      Sarana penulisan wahyu berupa daun-daun, kayu-kayu dan tulang-tulang   
adalah benda-benda yang mudah rusak. Kalau kedua hal tersebut habis dan lenyap akan membahayakan kemurnian wahyu.
Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu yang paling singkat bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya. Meski demikian beliau dapat disebut sebagai penyelamat dan penegak agama Allah dimuka bumi. Dengan sikap kebijaksanaannya sebagai kepala negara dan ke-tawadhu’an-nya kepada Allah serta agamanya, beliau dapat menghancurkan musuh-musuh yang merongrong agama Islam bahkan dapat memperluas wilayah Islam keluar Arabia.

d.       Bidang Sosial
Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang
berlangsung sangat demokratis di muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa’ad Ibn Ubadah. Kaum muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan Abu Ubaidah Ibn Jarrah.2 Sementara itu Ahlul bait menginginkan agar Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi. Melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jama’ah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.
Sebagai kahlifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan
masyarakat sepeninggal Muhammad SAW. Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan yang memuncak tersebut, kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan batinnya. Seraya bersumpah dengan tegas ia menyatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran (orang-orang yang murtad, tidak mau membayar zakat dan mengaku diri sebagai nabi).
1. Munculnya Orang- orang Murtad danTidak Mau Membayar Zakat
Bersamaan dengan pengangkatan Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk dibawah kepemimpinan pusat di Madinah. Sesudah Nabi wafat, mereka berpendapat bahwa kekuasaan Quraisy memimpin Arab telah usai. Adapaun sebabnya mereka berlaku demikian ialah karena sebagian tidak percaya akan mematian Nabi, setelah nyata kebenaran meninggalnya Nabi, sebagian ragu akan kebenaran Islam. Mereka menyangka bahwa kaum Quraisy takkan bangun lagi sesudah pemimpinnya meninggal dunia. Mereka tidak akan tunduk dibawah kekuasaan Quraisy atas nama agama. Apalagi sebagian besar bangsa Arab ketika itu, barus aja memeluk agama Islam yang melarang mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang telah menjadi darah daging mereka selama ini, seperti minum tuak, berjudi dan sebagainya.
Oleh karena itu beberapa suku Arab tidak mau takluk lagi dibawah
kepemimpinan Abu Bakar. Mereka enggan mengeluarkan zakat yang mereka pandang hanya sebagai upeti yang harus diberikan kepada Nabi saja.
2. Munculnya Nabi-nabi Palsu
Api perlawanan dan pendurhakaan itu menjalar dengan cepat dari satu suku kepada yang lain, sehingga hampir menggoyahkan sendi khilafah Islam yang masih muda itu. Kekuasan khalifah ketika itu hanya meliputi Makkah, Madinah dan Taif saja. Sementara itu banyak pula diantara orang Arab yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi. Yang berbahaya sekali adalah Musailamah al-Kazzab, yang mendakwakan kenabiannya ersama Nabi Muhammad ketika beliau masih hidup. Dia mengatakan, bahwa Allah telah memberikan pangkat nabi kepadanya bersama dengan Rasulullah. Oleh karena dia berbuat dusta itu, dia mendapat gelar ‘al-Kazzab’ yang artinya ‘si pendusta’. Bengikutnya banyak yang tersebar di Yamamah. Ladi dari pada itu ada lagi beberapa nabi palsu, seperti Thulaihah bin Khuwailid, Sjah Thamiyah seorang perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengririm kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hiyah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi dibawah pimpinan empat jendral yaitu Abu Ubaidah, Amr Ibn ’Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun.
Pada ini kondisi sosial mayarakat menjadi stabil dan dapat mengamankan tanah Arab dari pembangkang dan penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat.
Selain itu keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi beribadah kepada Allah. Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di luar Madinah keadaannya terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang dicapai adalah : Pembukuan Al-Qur’an

C.    Wafatnya Abu Bakar As-Shiddiq
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, Ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Sebelum beliau wafat, sakit beliau  berlangsung  selama 16 hari dan  Abu Bakar meninggal Dunia pada hari Senin, tanggal 22 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 M.














C.     PENUTUP

1.      Kesimpulan

Dari penjelasan yang terurai diatas, dapat disimpulkan bahwasanya Khalifah Abu Bakar Ash–Shiddiq adalah seorang pemimpin yang tegas, adil dan bijaksana. Selama hayat hingga masa-masa menjadi Khalifah, Abu Bakar dapat dijadikan teladan dalam kesederhanaan, kerendahan hati, kehati-hatian, dan kelemah lembutan pada saat dia kaya dan memiliki jabatan yang tinggi. Ini terbukti dengan keberhasilan beliau dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kerumitan yang terjadi pada masa pemerintahannya tersebut. Beliau tidak mengutamakan pribadi dan sanak kerabatnya, melainkan mengutamakan kepentingan rakyat dan juga mengutamakan masyarakat/demokrasi dalam mengambil suatu keputusan.












DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Husain Haekal. 1979.   Abu Bakar As Siddiq. Jakarta: Litera Antar Nusa
Mahmudunnassir.2005. Islam Konsepsi dan    Sejarahnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/kemajuan-islam-pada-masa-abu-bakar-as.html
http://muhammadbagaskarapratama.blogspot.com/2013/10/peradaban-islam-pada-masa-abu-bakar.html




Biodata Pemakalah
Nama : Desy Rosita
Tempat tanggal lahir : Kuala kapuas, 10 Desember 1996
Asal sekolah : Man Selat Tengah Kuala Kapuas
Nama orang tua : H. Murhan
                            Hj. Rusdiana





[1]  Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: PT Ichtiar van Hoeve, 1997), hlm. 37
[2]  Muhammad Husain Haekal. 1979.   Abu Bakar As Siddiq. Jakarta: Litera Antar Nusa. hlm 4

[3] Muhammad Husain Haekal. 1979.   Abu Bakar As Siddiq. Jakarta: Litera Antar Nusa. hlm 47